Perubahan Masyarakat di Era Global - SMP Negeri 3 Jabung

Breaking

Tuesday, July 7, 2015

Perubahan Masyarakat di Era Global

Pada zaman Globalisasi merupakan perkembangan kotemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang berlangsung. Pengaruh globalisasi akan dapat menghilangkanberbagai halangan dan rintangan yang manjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lainnya, globalisasi akan membawa perspektif baru bagi dunia tanpa tapal batas yang saat ini diterima sebagai realita masa depan yang akan mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru. Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya biasa-biasa saja, namun di dalam masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental. Dan jelaslah dalam globalisasi muncul pergeseran sebagai akibat pengaruh globalisasi yang mambawa peubahan besar dari semua factor kehidupa namun Banyak masyarakat mempunyai respon beda tentang pengaruh global. Biasanya Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya karena dia fikir budaya asing tidak baik, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya kerena didalam kehidupan sehari-hari dia sering berkumpul dengan orang asing dan akibatnya dia mengikuti budaya yang da di sekitarnya. Ini tergantung dari masing-masing individu ada yang negative responnya dan ada juga yang positif responnya.

Pada masyarakat tradisional, umumnya unsur budaya yang membawa perubahan sosial budaya yang mudah diterima masyarakat setempat missal dalam unsur peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat, dan unsur kebudayaan yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut dan di anggap oleh masyarakat setempat membawa manfat yang besar. Tapi kenyataannya tidak juga demikian ada masyarakat yang menanggapi perubahan yang berbeda, dalam artian negative dengan pandangan bahwa setiap budaya memiliki kahas tersendiri atau keistimewaan dalam berbudaya jadi di dalam fikiranya tidak akan mengganti budayanya dengan budaya lain atau menghilangkan budaya warisan dari leluhurnya.

Tetapi efek dari modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut. Dalam hal ini nilai positif yang konstruktif dan negatif yang destruktif. Fenomena yang paling tampak depan mata adalah nilai budaya. Nilai ini setidaknya bisa dilihat dari tiga hal yaitu kognitif, interaksi sosial. Dalam tingkatan kognitif, budaya berada dalam pikiran pemeluknya. Di situlah berkumpul nilai, pranata serta ideologi. Pada skala interaksi sosial, bisa dilihat dan dirasakan karena ada hubungan. Sedangkan dalam wilayah pedesaan, nilai yang telah diyakini oleh pemilik kebudayaan itu ada dijelmakan dalam bentuk benda-benda.

Jika melihat perihal masyarakat kita, pergeseran nilai budaya memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi sedemikian mudah untuk dilepaskan. Itu dikarena terlalu kerasnya tarikan modernitas, Modernitas seharusnya dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam bumi. Ada kebaikan ada keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu selektif dalam mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang telah lama dibangun kemudian runtuh hanya persoalan kemilau modernitas. Kelompok yang paling mudah mendapat pengaruh modernitas adalah golongan muda. Kaum muda biasanya ditandai dengan proses pencarian jati diri. Dalam perjalanannya, kadang ada individu yang berhasil mendapatkan jati dirinya dengan baik. Juga ada yang terperangkap dalam lorong gelap modernitas. Salah satu pengaruh modernitas ada pada dunia. Dunia ini penuh dengan yang cenderung kebarat-baratan.

Jadi di pandang dari Fungsinya yang dapat menggeser nilai-nilai kebudayaan adalah industri pariwisata. Demikian juga halnya yang berlangsung di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir, aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor yang selama ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan secara pragmatis juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia.

Pariwisata secara sosiolosis terdiri atas tiga interaksi yaitu interaksi bisnis, interaksi politik dan interaksi cultural. Interaksi bisnis adalah interaksi di mana kegiatan ekonomi yang menjadi basis materialnya dan ukuran-ukuran yang digunakannya adalah ukuran-ukuran yang bersifat ekonomi. Interaksi politik adalah interaksi di mana hubungan budaya dapat membuat ketergantungan dari satu budaya terhadap budaya lain atau dengan kata lain dapat menimbulkan ketergantungan suatu bangsa terhadap bangsa lain yang dipicu oleh kegiatan persentuhan aktivitas pariwisata dengan aktivitas eksistensial sebuah negara. Sedangkan interaksi kultural adalah suatu bentuk hubungan di mana basis sosial budaya yang menjadi modalnya. Dalam dimensi interaksi kultural dimungkinkan adanya pertemuan antara dua atau lebih warga dari pendukung unsur kebudayaan yang berbeda.

Dengan demikian pariwisata ditinjau dari dimensi kultural dapat menumbuhkan suatu interaksi antara masyarakat tradisional agraris dengan masyrakat modern industrial. Melalui proses interaksi itu maka memungkinkan adanya suatu pola saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur kehidupan atau pola budaya masyarakat khususnya masyarakat yang menjadi tuan rumah. Dari dimensi struktural budaya, aktivitas industri pariwisata memungkinkan terjadinya suatu perubahan pola budaya masyarakat yang diakibatkan oleh penerimaan masyarakat akan pola-pola kebudayaan luar yang dibawa oleh para pelancong. Pola-pola kebudayaan luar ini terekspresikan melalui tingkah laku, cara berpakaian, penggunaan bahasa serta pola konsumsi yang diadopsi dari wisatawan yang datang berkunjung.

Apabila tingkat massifitas kedatangan turis ini cukup tinggi maka ada kemungkinan terjadi “perkawinan” antara dua unsur kebudayaan yang berbeda. Dari pertemuan atau komunikasi antar pendukung-pendukung kebudayaan yang berbeda tersebut, akan muncul peniru-peniru perilaku tertentu atau muncul pola perilaku tertentu. Meniru tindakan orang lain adalah kewajaran dari seorang manusia. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu, dan bisa jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena dorongan-dorongan yang sifatnya emosional. Artinya, seseorang individu bisa saja meniru perilaku orang lain hanya karena dia melihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh orang lain tersebut nampak indah atau nampak lebih modern. Tindakan meniru atau yang biasa disebut dengan tindakan imitasi bisa terjadi jika ada yang ditiru. Di sini faktor emosional dominan bermain karena seseorang tidak akan memikirkan apakah perilaku yang ditiru tersebut sesuai atau tidak dengan keadaaan dirinya.

Kontak selanjutnya antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah adalah komunikasi verbal. Kontak antara masyarakat tuan rumah dengan wisatawan membutuhkan suatu perantara atau media atau alat yang mampu menjalin pengertian antara kedua belah pihak, perantara atau media tersebut adalah bahasa, bahasa menjadi faktor determinan. Akhirnya masyarakat kembali terdorong untuk bisa berbahasa asing. Dorongan itu muncul bukan semata-mata karena motif ingin berhubungan misalnya korespondensi atau yang lain, melainkan lebih disebabkan karena faktor ekonomi, untuk dapat komunikatif dalam memasarkan dagangannya. Ini berarti telah terjadi pola perubahan budaya masyarakat menuju ke arah yang positif yaitu memperkaya kemampuan masyarakat khususnya dalam bidang bahasa.

Demikian pula kemunculan hotel, cafe, maupun toko-toko cinderamata di sekitar kawasan wisata adalah variabel yang turut membantu menjelaskan apa yang menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan wisata. Dengan adanya berbagai sarana penunjang pariwisata itu masyarakat menjadi paham akan adanya pola atau sistem penginapan yang bersifat komersial, dengan adanya cafe dan toko, logika pasar tradisional akan sedikit tergeser dari pola penjualan dengan model tawar-menawar menjadi model harga pas. Dengan demikian sedikit banyak telah terjadi pergeseran budaya dan tatanan sosial di masyarakat sekitar kawasan wisata. Artinya budaya-budaya lama itu mengalami proses adaptasi yang diakibatkan oleh adanya interaksi dengan para pelancong tersebut. Hal itu dimungkinkan juga karena sifat dari budaya itu sendiri yang dinamis terhadap perubahan yang terjadi.

Budaya masyarakat pedesaan ini terjadi diawali dengan adanya tekanan dari pemerintah lalu ada penolakan dari sistem lama, integrasi antara keduanya dan akhirnya dicapai titik keseimbangan baru. maka pemerintah membutuhkan agen-agen penyalur perubahan budaya ini. Pada masa orde baru desa yang dipantau ketat berperan aktif dalam menyalurkan perubahan kebudayaan ini. mendapat penolakan dari beberapa pihak. Namun sikap represif dan antipati segera akan muncul dan menyebabkan kelompok penolak perubahan budaya ini seolah-olah tersingkir dari lingkungan sosialnya. Seringkali terjadi penamaan status-status kepada kelompok yang menolak perubahan budaya ini. Misalnya saja orang tersebut dikatakan “kuno dan tentinggal tetapi Perlahan-lahan kebudayaan baru diterapkan dan kebudayaan lama ditinggalkan.

Misalnya saja program listrik masuk desa dengan sangat cepat sengat berkembang akan diikuti invasi teknologi, orang mulai beli radio, televisi, lemari es, mesin cuci dan sebagainya. Dan peralatan-peralatan informasi yang dibawa oleh warga masyarakat desa kemudian alat komunikasi ini membawa nilai-nilai baru bagi warga desa dan membawa benyak menfaat bagi masyarakat desa untuk mendapetkan informasi, mendapatkan hiburan baru, bias menyetok makanan, dan mencuci baju lebih mudah. Namun dengan demikian mesnyaraka desa berangsur-angsur akan meninggalkan kebudayaan lama dan menganggap budaya lebih bagus dan membantu dalam hidup sehari-mereka dan meringankan pekrjaan.

Bukan itu saja missal Dalam Program Keluarga Berencana (KB) merubah kebiasaan masyarakat dari “keluarga besar menjadi keluarga kecil sejahtera”. Pergeseran ini tidak hanya merubah pola hubungan keluarga dari “keterkaitan genetic atau persaudaraan” menjadi “keterkaitan reproduksi dan finansial”, namun juga mengeliminasi adanya organisasi kultural masyarakat dalam sebuah “keluarga besar” namun dengan demikian perubahan keluarga besar menjadi kecil di ikuti oleh masyarakat kerna dengan program keluarga berencana bisa mengurangi beban dalam kelurga dalam perekonomian dan memudahkan pemerintah dalam menaggulangi kepadatan penduduk dengan demikian program keluarga berencana sengat mendukung masnyarakat.

Inovasi teknologi pertanian dari yang semula menggunakan peralatan sederhana menjadi mesin modern, dari yang semula membajak dengan binatang sseperti sapi dan kerbau diganti menggunakan mesin bajak, semula menumbuk dengan alu berganti menumbuk otomatis dengan mesin giling, semula mengangkut hasil pertanian dengan pedati berganti dengan mobil. Kenyataan ini tidak hanya merubah paradigma masyarakat yang semula motivasi bertani adalah bertahan hidup, menjadi orientasi profit finansial. Disamping itu juga, percepatan panen padi membawa budaya instan dan sikap tergesa-gesa membuat budaya lama ditingalkan dangan mengganti budaya baru dengan menggunakan peralatan tehnologi.

Tetapi Teknologi juga merubah jenis permainan kelompok menjadi permainan modern teknologis yang cenderung individual. Misalnya permainan tradisional gobak sodor,gundu, patek lele, jumpritan tidak lagi populer dan diganti dengan permainan baru seperti Play Station (PS) dan game. Permainan tradisonal yang pada dasarnya menumbuhkembangkan psikomotorik-afektif diganti dengan permainan modern yang mengarah pada kognitif saja. Ini berpengaruh terhadap karakter anak setelah ia berkembang dan hidup dalam lingkungan sosial yang lebih luas sehingga anak sekarang lebih suka denagan permainan tehnologi dari pada permainan trdisional dan mayoritas anak sekerang tedak mengenal permainan tradisional.

Sehingga jika ada orang atau sekelompok orang yang memiliki atau memelihara pola-pola budaya lama dan memainkan budaya lama. dengan segera ia akan dicap buruk dan disingkirkan dari kelompok karena dalam pergaulan budaya lama itu kuno. jadi orang seperti ini akan dianggap menghalangi kemajuan, teknologi karena orang tersebut tidak mengikuti dan mengetahui perkembangan di era globalisasi. Perlakuan ini akan membuat orang malu untuk menggunakan budaya lama dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak pernah digunakan lagi maka budaya tersebut berangsur-angsur akan hilang. Dengan demikian orang tersebut tidak akan mengunakan budaya lama.

Arus komunikasi dan kebutuhan sehari-hari.Perubahan masyarakat dari tradisional ke modern berdampak pada sarana komunikasi, pada masyarakat tradisional mungkin masih menggunakan pentungan, burung merpati, surat sebagai alat berkomunikasi satu dengan yang lainya, dngan terjadinya pegeseran nilai-nilai maka sarana kmunikasi semakin cepat. Contoh ada hp, telegram, dan pekerjaan petani missal menggunakan bajak karna menggunakan bajak lebih cepat dan mengirit tenaga sehingga komunikasi dan pekerjaan petani meenjadi cepat dan mudah dilaksanakan. Namun di samping itu dengan kemajuan teknologi sekarang kebiasaan masa lalu telah ditingalkan.

Pergerseran masyarakat tradisional menuju masyarakat modern membawa dampak yang sangat signifikan yaitu masyarakat modern yang dulunya tradisional dapat beraktivitas jauh lebih mudah. Contoh : pada masyarakat yang dulu menggumakan tulisan tangan dalam mengirim surat sekarang sudah bisa lewat komputer atau pun laptop. Dan Peergeseran nilai erat hubunganya dengan pengaruh globalisasi, globalisasi menyebakan pergeseran nilai budaya. Berhubungan pula dengan industry-industri maju, dengan dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan trasportasi yang canggih merupakan salah satu untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Perubahan sistem pengetahuan dan pandangan hidup masyarakat bila sudah modern akan memilki untuk menghadapi pergeseran nilai yang mungkin terjadi di era globalisasi. Kesadaran betapa pentingnya pendidikan. Dengan bekal pengetahuan masyarakat sudah siap Dengan pengetahuan pula kita dapat memproduksi barang dan jasa dengan mudah dan Pandangan hidup merupakan seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud menanggapi dan memeranggakan segala masalah yang tejadi. Pandangan hidup sebgai komponen budaya cenderung berubah sejalan dengan perubahan konsep hidup masyarakat berubahnya pandangan masyarakat dengan berkembangnya globalisasi.

Namun dengan adanya teknologi timbulnya sikap individualistis dan kesenjangan sosial masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan tehnologi, membuat mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang- kadang mereka lupa akan dirinya sebagai mahluk sosial. Mereka cenderung untuk hidup sendiri dan melupakan orang-orang disekitarnya. Nilai-nilai yang telah dijunjung sesuai budaya leluhur mereka akan mulai di tinggalkan. Akibat dari memudarnya nilai-nilai budaya lokal akan menimbulkan sikap individualistis tetapi dalam pergeseran nilai masyarakat tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh modernisasi dan pengaruh globalisasi. Bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial akan menyebabkan jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalikaan bangsa Indonesia.

Masuknya nilai-nilai budaya lain masyarakat modern umumnya telah mengetahui tehnologi, seperti internet, handpone media televisi dan tehnologi yang lainya yang ditiru. Internet contohnya bila digunakan untuk memperdalam materi pelajaran atau untuk mencari informasi itu baik. Tetapi sebaliknya bila internet di gunakan untuk hal-hal yang tidak baik dan ini sebuah kenyataan bahwa internet terkadang digunakan untuk mengakses video porno atau yang betentangan dengan norma-norma masyarakat. Selain itu apresiasi terhadap nilai budaya pudar serta nilai keagamaan akan mengalami kemunduran. Disini bisa dilihat pergeseran nilainya yaitu beralih ke budaya barat dan budaya lainya.

Kenakalan Remaja dan merosotnya budanya masyarakat Imbas dari pergeseran nilai-nilai masyarakat adalah kenakalan remaja. Pengaruh internet ataupun HP yang ditiru menimbulkan kenakalan remaja, contoh bila remaja membawa Hp camera bisa menyimpan sesuatu yang porno didalam hpnya sehingga suatu saat pasti remaja mencoba adegan itu, padahal adegan itu hanyalah untuk orang yang sudah mempunyai ikatan perkawinan. Maka telah terjadi pegeseran nilai masyarakat tradisional ke modern. Masyarakat Moderen cenderung melupakan budaya aslinya. Penyakit masyarakat atau Patologi Sosial bisa muncul di karenakan pergeseran nilai masyarakat, seperti yang telah dijelaskan bahwa pergeseran nilai berdampak pada kesenjangan social. Maka si miskin terpaksa mencuri untuk pemenuhan kebutuhan. Selain itu banyak orang memilih untuk menjadi Psk itupun kebanyakan karena alasan kebutuhan, walau ada karena alasan lain. Maka pergeseran nilai dan norma kesusilaan bergeser secara cepat.

Pada dasarnya seperti yang dijelaskan di atas bahwa kemerosotan budaya masnyarakat di dalam kehidupan, sehari-hari semakin banyak mengalami kemerosotan. Oleh sebab itu, masyarakat dengan tatanan nilai tradisi dalam konteks pariwisata tidak dapat menghindar, bahkan harus berhadapan dengan nilai baru dalam tatanan global. Mempertentangkan nilai tradisional dengan nilai-nilai modern. Di dalam berkembangnya ilmu pengtahuan dan tehnologi ini kita bisa dihadapi dengan sikap kritis dan dalam waktu yang bersamaan melakukan tradisi budaya terhadap nilai yang sekarang berkembang dan canggih. Dalam konteks ini para pemuda ahli waris dan pewaris nilai-nilai tradisi budanya haruslah senantiasa melakukan reinterpretasi terhadap perannya dalam menghadapi perubahan globalisasi.

Pada dasarnya globalisasi menuntut perubahan nilai-nilai kebudayaan karna di dukung dengan modernisasi adalah pergeseran nilai atau pergeseran nilai-nilai budaya. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Missal dengan adanya unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikuti pergeseran nilai tersebut dan perlahan akan meningalkan nilai-nilai budaya. Dalam hal ini nilai positif yang konstruktif dan negatif yang destruktif. Namun Fenomena yang paling tampak depan mata adalah nilai budaya, Kerena dalam nilai budaya sangat gampang dipengruhi missal dalam pergaulan sehari-hari atau dalam dunia kerja.

Tetapi dalam nilai budaya yang ganpang di pengaruhi yaitu kalangan pemuda karena pemuda sangat mudah di pengaruhi apa lagi perkembangan teknologi. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu, dan bisa jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena dorongan-dorongan yang sifatnya emosional. Artinya, seseorang individu bisa saja meniru perilaku orang lain hanya karena dia melihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh orang lain tersebut nampak indah atau nampak lebih modern. Tindakan meniru atau yang biasa disebut dengan tindakan imitasi bisa terjadi jika ada yang ditiru. Di sini faktor emosional dominan bermain karena seseorang tidak akan memikirkan apakah perilaku yang ditiru tersebut sesuai atau tidak dengan keadaaan dirinya. Dengan kata lain, orang tersebut tidak sempat lagi untuk memikirkan kenampakan-kenampakan yang paling mungkin untuk muncul ke permukaan, yang penting bagi dia adalah “aku ingin seperti turis itu karena aku menganggap turis itu keren.

Sumber : http://pendipssmp.blogspot.com/2015/03/perubahan-masyarakat-di-era-global.html#sthash.nogYIpSJ.dpuf

No comments:

Post a Comment