Kisah Heroisme Kapten Muslihat atau pertempuran Bojong Kokosan - SMP Negeri 3 Jabung

Breaking

Saturday, February 7, 2015

Kisah Heroisme Kapten Muslihat atau pertempuran Bojong Kokosan

Perjuangan Rakyat Bogor dan Sukabumi melawan penjajah tak diragukan lagi. Di daerah ini lahir kisah-kisah heroisme Kapten Muslihat, atau pertempuran Bojong Kokosan yang sampai membuat media-media Inggris terkejut dengan perlawanan rakyat Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Belanda mencoba kembali untuk berkuasa. Dengan membonceng pasukan Inggris yang bertujuan melucuti tentara Jepang, Belanda datang lagi ke Indonesia. Hal ini jelas mendapatkan perlawanan dari rakyat Indonesia.

Perjuangan tak cuma di garis depan. Rakyat juga melakukan aksi menolak semua tipu daya Belanda.

Sebuah kisah unik terjadi di Kawasan Sukabumi, Belanda telah menunjuk orang-orang yang pro mereka untuk menjadi lurah boneka. Namun sesuai tradisi, lurah harus dipilih langsung oleh rakyat. Maka Belanda pun menggelar pemilihan lurah, mereka berencana memaksa rakyat memilih calon-calon lurah yang sudah ditentukan.

Strategi Belanda diketahui rakyat. Tiap hari pemilihan lurah, mereka meninggalkan desa dan bersembunyi di hutan atau ladang-ladang yang terpencil. Pemilihan lurah pun tak bisa jalan karena tak ada pemilih yang datang. Belanda lama-lama kesal.

Akhirnya Belanda berstrategi. Mereka tahu rakyat selalu mendatangi Masjid untuk Salat Jumat berjamaah. Nah, Belanda sudah menyiapkan jebakan. Mereka menjaga Masjid dengan tentara bersenjata. Saat datang ke masjid untuk Salat Jumat, rakyat akan dipaksa memilih lurah.

Apa langkah Rakyat?

Mereka memilih tak salat Jumat. Hari itu tak ada satu pun yang Salat Jumat di masjid-masjid karena tak mau dipaksa Belanda. Lagi-lagi Belanda diperdaya hingga makin marah.

Surat Kabar Gelora Ra'Jat melaporkan peristiwa itu tanggal 2 Januari 1947. Wartawan mereka turun ke kampung meliput peristiwa tersebut di Sukabumi. Mereka menuliskan dalam sebuah artikel berjudul 'Sampai Sembahjang Djoemahat Tidak Jadi'.

Belanda juga dilaporkan makin kesal dengan nasionalisme Indonesia. Polisi Militer Belanda masuk ke Kampung Matarena di Bogor, mereka memaksa rakyat menurunkan bendera merah putih. Atau mencabut bendera merah putih yang ditempel di dinding. Tentara Belanda lalu menyobek-nyobek bendera itu.

Semua ini makin meneguhkan semangat rakyat tak pernah mau tunduk pada Belanda. Perang kemerdekaan berlangsung hingga akhirnya Belanda menyerahkan kedaulatan pada rakyat Indonesia 27 Desember 1949.

No comments:

Post a Comment